.. Indonesia Makin kaya sumberdaya nya sampai harus beli ^^
Kapanlagi.com -
Manajemen PT PLN (Persero) tidak bisa membeli bahan bakar jenis batubara yang diproduksi PT Freeport Indonesia (PTFI) yang kini menambang tembaga, emas, perak dan material ikutan lainnya di kawasan Grasberg dan Earsberg, Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua. Pengakuan itu dikemukakan Manager Bidang Teknik PT PLN (Persero) Papua, Ir.David Tobing menjawab pertanyaan ANTARA di Jayapura,Kamis. Menurut Tobing, sekitar tahun 1993/1994, manajemen perusahaan milik negara itu merencanakan membeli batubara yang diproduksi TFI, namun PT PLN saat ini mendatangkan batubara dari Kalimantan, sementara sebelumnya perusahaan mendatangkan juga batubara dari Australia untuk menunjang kegiatan eksploitasi tambangnya.
"Bagaimana mungkin PLN membeli batubara dari PTFI, sementara perusahaan
sendiri mendatangkan batubara dari beberapa wilayah di Kalimantan," jelas Tobing.
Dikatakannya, jika perusahaan patungan dalam negeri dan perusahaan asing yang memproduksi batubara, tenaga uap dan tenaga air, maka PTPLN siap untuk membelinya agar krisis kelistrikan dapat teratasi, sebab selama ini, semua kota di Papua dan Papua Barat menggunakan listrik tenaga diesel dengan bahan bakar minyak jenis solar dengan kapasitas yang sangat terbatas. Kalau dari perusahaan swasta yang memproduksi bahan bakar untuk tenaga
listrik, PLN siap membeli, namun harganya wajar di bawah Rp1.000/kwh, tambah dia.
Menyinggung kabupaten di pedalaman dan pegunungan di Papua, Tobing mengemukakan pihaknya sedang menyusun studi potensi sumber air bersih untuk pembangunan mesin pembangkit tenaga mikrohidro (PLTM) karena pada umumnya, daerah-daerah tersebut menyimpan sumber air bersih berdebit tinggi. Pembangunan PLTM itu lebih murah dan mudah dirawat ketimbang pembangunan listrik tenaga diesel (PLTD) yang menggantungkan seluruhnya dari bahan bakar jenis solar. Apalagi daerah pedalaman dan pegunungan di Papua dijangkau dengan pesawat terbang jenis twin otter dan pesawat cessna milik misionaris
dengan biaya yang cukup mahal. Dia menambahkan, Direksi PTPLN Pusat di Jakarta sedang melakukan proses tender proyek pembangunan listrik tenaga uap (PLTU) di Holtekam,
Distrik Muara Tami, Kota Jayapura yang berbatasan dengan negara tetangga Papua Nugini (PNG) untuk menambahkan pemenuhan kebutuhan kelistrikan. PLTU di Holtekam itu berkekuatan 20-30 MW menyerap dana sebesar Rp200-Rp300 miliar
Kapanlagi.com -
Manajemen PT PLN (Persero) tidak bisa membeli bahan bakar jenis batubara yang diproduksi PT Freeport Indonesia (PTFI) yang kini menambang tembaga, emas, perak dan material ikutan lainnya di kawasan Grasberg dan Earsberg, Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua. Pengakuan itu dikemukakan Manager Bidang Teknik PT PLN (Persero) Papua, Ir.David Tobing menjawab pertanyaan ANTARA di Jayapura,Kamis. Menurut Tobing, sekitar tahun 1993/1994, manajemen perusahaan milik negara itu merencanakan membeli batubara yang diproduksi TFI, namun PT PLN saat ini mendatangkan batubara dari Kalimantan, sementara sebelumnya perusahaan mendatangkan juga batubara dari Australia untuk menunjang kegiatan eksploitasi tambangnya.
"Bagaimana mungkin PLN membeli batubara dari PTFI, sementara perusahaan
sendiri mendatangkan batubara dari beberapa wilayah di Kalimantan," jelas Tobing.
Dikatakannya, jika perusahaan patungan dalam negeri dan perusahaan asing yang memproduksi batubara, tenaga uap dan tenaga air, maka PTPLN siap untuk membelinya agar krisis kelistrikan dapat teratasi, sebab selama ini, semua kota di Papua dan Papua Barat menggunakan listrik tenaga diesel dengan bahan bakar minyak jenis solar dengan kapasitas yang sangat terbatas. Kalau dari perusahaan swasta yang memproduksi bahan bakar untuk tenaga
listrik, PLN siap membeli, namun harganya wajar di bawah Rp1.000/kwh, tambah dia.
Menyinggung kabupaten di pedalaman dan pegunungan di Papua, Tobing mengemukakan pihaknya sedang menyusun studi potensi sumber air bersih untuk pembangunan mesin pembangkit tenaga mikrohidro (PLTM) karena pada umumnya, daerah-daerah tersebut menyimpan sumber air bersih berdebit tinggi. Pembangunan PLTM itu lebih murah dan mudah dirawat ketimbang pembangunan listrik tenaga diesel (PLTD) yang menggantungkan seluruhnya dari bahan bakar jenis solar. Apalagi daerah pedalaman dan pegunungan di Papua dijangkau dengan pesawat terbang jenis twin otter dan pesawat cessna milik misionaris
dengan biaya yang cukup mahal. Dia menambahkan, Direksi PTPLN Pusat di Jakarta sedang melakukan proses tender proyek pembangunan listrik tenaga uap (PLTU) di Holtekam,
Distrik Muara Tami, Kota Jayapura yang berbatasan dengan negara tetangga Papua Nugini (PNG) untuk menambahkan pemenuhan kebutuhan kelistrikan. PLTU di Holtekam itu berkekuatan 20-30 MW menyerap dana sebesar Rp200-Rp300 miliar
